PENYAPIHAN BENIH
(Paper Praktikum Silvika)
Oleh
Inafa Handayani
1214151027
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
ISI
Pertumbuhan pohon adalah suatu perkembangan yang
menunjukkan pertambahan dari suatu sistem organ yang terdapat dalam pohon
selama hidupnya, pertambahan pohon tidak hanya tinggi pohon tetapi diameter
pohon. Pohon dapat tumbuh karena
beberapa faktor diantarannya faktor luar dan faktor genetik, faktor luar
seperti suhu, kelembaban, air, radiasi matahari, CO2, O2,
dan zat hara (N, P, K, S, Ca, Fe, Mg, Mn, dan lain-lain). Tumbuhan juga memerlukan radiasi matahri
untuk proses pertumbuhannya, karena pohon memerlukan fotosintesis dari
matahari. Fotosintesis adalah proses pembentukan
karbohidrat dari CO2 dan air didalam jaringan tumbuh-tumbuhan yang
mengandung klorofil dan mendapat energi dari radiasi matahari. reaksi fotosintesis adalah sebagai berikut
6CO2 + 6H20 -> C6H12O6
+ 6O2
Persemaian atau pembibitan merupakan salah satu
tahapan dalam sistem silvikultur. Sistem
silvikultur apa saja yang diterapkan pasti akan melaksanakan kegiatan persemaian
atau pengadaan bibit. Dalam konteks pengelolaan hutan produksi
lestari, persemaian atau pengadaan bibit merupakan salah satu tahapan
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi kegiatan penanaman, baik
rehabilitasi maupun pengayaan guna mengembalikan kondisi hutan agar mendekati
kondisi sebelum dilakukannya pemanenan. Hal ini
merupakan salah satu upaya untuk menjamin keberlanjutannya fungsi
produksi pada rotasi
berikutnya. Selain itu, kegiatan persemaian juga
dipersiapkan untuk menghasilkan bibit yang akan digunakan untuk
merehabilitasi tempat-tempat terbuka, sehingga dapat mempercepat proses penutupan
tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan laju erosi. Dari sisi ini, kegiatan persemaian juga berfungsi menjamin keberlanjutan
fungsi lingkungan. Dari aspek
penggunaan tenagakerja atau kesempatan berusaha, kegiatan persemaian juga
merupakan salah satu indikator yang menunjukkan upaya guna
mendukung tercapainya kelestarian fungsi sosial. Dalam sistem
silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TTPI), kegiatan persemaian/pembibitan
merupakan tindak lanjut dari hasil inventarisasi tegakan tinggal (ITT) yang
dilaksanakan dua tahun setelah pemanenan. Hasil kegiatan
ITT akan memberikan gambaran berapa luas areal yang harus di rehabiitasi
dan berapa luas yang harus dilakukan pengayaan. Dari luasan tersebut, kemudian
dengan pertimbangan jarak tanam yang akan digunakan, maka dapat dihitung
kebutuhan bibit yang harus dipersiapkan. Untuk memberikan pemahaman yang sama menyangkut
dalam kaitannya dengan kegiatan persemaian/pembibitan, maka di bawah ini
diberikan beberapa pengertian atau definisi menyangkut beberapa istilah yang
digunakan dalam persemaian :
1. Pengadaan bibit adalah kegiatan yang meliputi
penyiapan sarana, prasarana, pengumpulan bibit berkualitas baik berupa biji
maupun anakan alam (wilding) ataupun teknik lainnya yang diperuntukkan sebagai
penyedia materi (bibit) khususnya dalam kegiatan penanaman, pengayaan (enrichment
planting), rehabilitasi hutan maupun peruntukan lainnya.
2. Persemaian adalah suatu areal
pemeliharaan bibit yang lokasinya tetap dan dibangun dengan peralatan yang
rapi dan teratur yang berkaitan dengan kegiatan penghutanan kembali areal
tanah kosong dan rusak ataupun peruntukan lainnya.
3. Bibit adalah tanaman anakan yang akan dibudidayakan.
4. Bedeng tabur adalah suatu
bedengan yang berisi media tanah, guna membiakkan biji.
5. Bedeng sapih adalah bedengan
tempat diletakannya polybag yang berisi bibit yang berasal dari bedeng
tabur maupun anakan yang berasal dari kebun bibit guna mempersiapkan ukuran dan
mutu bibit yang memadai untuk pengayaan, rehabilitasi ataupun peruntukan
lainnya.
6. Media semai adalah media yang
berupa tanah, gambut, sekam yang dipersiapkan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan untuk bibit, biji dapat tumbuh dengan baik.
7. Biji adalah suatu bakal benih
yang berasal dari tegakan benih atau pohon induk yang belum dikenai perlakuan
khusus atau belum disortir.
8. Pembiakkan vegetatif adalah
pembibitan yang menggunakan bahan tanaman stek yang diproduksi dari kebun
pangkas.
FUNGSI PERSEMAIAN
Persemaian
atau pembibitan berfungsi untuk menyediakan bibit yang berkualitas dalam jumlah
yang memadai, sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan, tata waktunya
tepat dan bibitnya dapat beradaptasi dengan tapak atau kondisi setampat.
PERENCANAAN
PERSEMAIAN
Perencanaan merupakan tahap awal dari setiap
proses penyelenggaraan kegiatan. Pada kegiatan persemaian, beberapa
pertimbangan yang digunakan dalam merencanakan kegiatan persemaian antara lain
penetapan jenis persemaian, lokasi persemaian, kebutuhan bahan, kebutuhan
peralatan dan tenaga kerja serta tata waktu yang diperlukan.
Jenis persemaian
pada umumnya persemaian dikelompokkan menjadi 2, yaitu
persemaian sementara dan persemaian tetap.
A. Persemaian Sementara (Flying Nursery)
Persemaian sementara biasanya merupakan persemaian
kecil, dan diletakkan di dekat dengan lokasi yang akan ditanami. Persemaian
jenis ini biasanya digunaka tidak melebihi jangka waktu 5 tahun.
Keuntungan dari persemaian sementara antara lain :
1. Kondisi lingkngan mendekati keadaan yang sebenarnya.
2. Ongkos pengangkutan bibit murah.
3. Kesuburan tanah tidak terlalu menjadi masalah karena persemaian selalu
berpindah tempat setelah tanah menjadi miskin.
4. Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya.
Sedangkan
kekurangan dari persemaian sementara yaitu :
1. Ongkos persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya pekerjaan dengan hasil
yang sedikit.
2. Keterampilan petugas sulit ditingkatkan, karena sering berganti petugas.
3. Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang terlatih.
4. Lokasi persemaian yang terpancar menyulitkan pengawasan..
B. Persemaian Tetap
Persemaian ini biasanya berukuran besar
(luas) dan lokasinya menetap di suatu tempat, dengan tujuan untuk
melayani areal penanaman yang luas. Keuntungan dari persemaian tetap adalah :
1. Kesuburan tanah dapat dipelihara dengan pemupukan
2. Dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki 3 Pengawasan dan
pemeliharaan lebih efisien, dengan staf yang tetap dan terpilih
3. Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur
4. Produktivitas semai/bibit tinggi, kualitas bibit lebih baik dan
pertumbuhannya lebih seragam
Adapun
kekurangan dari persemaian tetap adalah :
1. Kondisi lingkungan tidak selalu mendekati keadaan yang
sebenarnya.
2. Ongkos pengangkutan lebih mahal dibanding dengan jenis persemaian
sementara.
3. Membutuhkan biaya dan investasi lebih besar dibanding
persemaian sementara.
Lokasi Persemaian
Penentuan lokasi persemaian harus didahului dengan
observasi lapangan. Untuk memilih lokasi persemaian persemaian yang baik,
beberapa persyaratan yang perlu dipertimbangkan adalah :
A. Aspek Teknis
1. Letak Persemaian
Lokasi
persemaian sedapat mungkin diusahakan berada di tengah areal
penanaman atau berada pada jarak yang dekat denga areal penanaman.
Lokai atau areal persemaian harus berada pada lahan yang terbuka dan mendapat sinar matahari yang cukup/langsung, mudah dijangkau
setiap saat dan terlindung dari tiupan angin yang kencang.
2. Jalan
Angkutan
Lokasi
persemaian harus dilalui jalan angkutan atau sarana transportasi, sehingga
memudahkan dalam kegiatan pengangkutan dan pengawasan.
3. Luas Persemaian
Luas areal persemaian tergantung pada :
1. Rencana jumlah semai yang akan diproduksi/tahun
2. cara penanaman apakah sistem akar telanjang (bare root) atau sistem container
yang membutuhkan ruang/tempat lebih luas.
3.Lamanya semai/bibit dipelihara di pesemaian sampai diperoleh ukuran yang
dinginkan .
B. Aspek Fisik
1. Air
Keberadaan sumber air dalam jumlah yang cukup amat menentukan
berhasil/tidaknya persemaian yang akan dibangun. Pada umumnya sumber air di
dalam kawasan hutan berupa sungai, mata air, dalam tanah dan air hujan.
2. Media Tumbuh
Tanah merupakan
salah satu komponen tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan tumbuh subur bila
medium tumbuhnya subur dan merana bila medium tumbuhnya tidak subur.
Media tumbuh
semai memerlukan persyarata sebagai berikut:
1. Porositas dan drainase baik
2. Bebas dari batu dan kerikil
3. pH 5 – 7
4. Tidak merupakan tanah liat
5. Banyak mengandung unsur hara (dalam hal media yang digunaka tida subur,
dapat dberi pupuk sebagi pengganti)
3. Topografi/
Kelerengan
Lokasi
persemaian diusahakan pada areal yang relatif datar. Semakin berat
topografinya, maka akan semakin sulit pengerjaan persiapan lapangan
dan juga semakin banyak tenaga dan biaya yang dibutuhkan. Kelerengan yang dapat
dipertimbangkan sebagai areal persemaian tidak lebih dari 10 %.
C. Aspek Tenaga Kerja
Ketersediaan
tenaga kerja dalam jumlah yag cukup dan kualitas yang memadai menjadi faktor
yang menentukan bagi keberhasilan kegiatan persemaian.
Kebutuhan tenaga kerja pada persemaian diusahakan dapat dipenuhi
dari masyarakat sekitar atau yang berada dekat dengan persemaian. Kebutuhan
tenaga kerja untuk tiap persemaian bergantung pada volume pekerjaan yang
ada. Volume kegiatan pekerjaan di persemaian pada umumnya berbeda pada
setiap tahap kegiatan, karena itu kebutuhan tenaga kerja juga berbeda.
D. Material/Bahan
Bahan yang
dibututhkan untuk kegiatan persemaian terdiri dari benih, pasir, tanah atau
bentuk-bentuk media tumuh yang lain (gambut, sekam dsb), kantong plastik
(kontiner) pupuk, fungsida dan pestisida.
1. Benih
Dua faktor
penting yang perlu mendapat perhatian di dalam penyediaan benih adalah kualitas
dan kuantitas benih. Penyediaan benih yang berkualitas baik dan dalam
jumlah yang cukup dan tepat waktu sangat menentukan keberhasilan persemaian.
Sering terjadi kekurangan benih bukan disebabkan kurangnya jumlah/berat benih
yang tersedia, tetapi karena kualitas benihnya yang jelek. Hal ini dapat
terjadi bagi suatu daerah yang tidak memiliki stok benih jenis tertentu sehingga
harus didatangkan dari luar. Untuk menyakinkan kualitas benih
sesuai dengan yag tercantum dalam label, maka perlu dilakukan
pengujian.
2. Tanah dan
Media Pasir dan tanah (jenis medium tumbuh lainnya)
Pada dasarnya
tanahatau medium tumbuh yang lain untuk medium sapihan dipilih yang baik,
bebas batu, kerikil dan benda-benda lain, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan
benih yang dikecambahkan maupun pertumbuhan semai hasil sapihan. Benda-benda
keras yang dimaksud antara lain kerikil, atau batu. Pasir untuk
medium perkecambahan diusahakan sesteril mungkin antara lain dengan cara
dijemur pada tempat kena sinar matahari penuh selama 2-3 hari atau disiram air
panas atau digoreng untuk menghindari kemungkinan adanya jamur. Dalam usaha
untuk memacu pertumbuhan semai hasil sapihan, akhir-akhir ini banyak dilakukan
pemberian pupuk yaitu dengan dicampur tanah yang telah dipilih untuk medium
sapih. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara mencampur pupuk dan tanah sampai
merata (diaduk) baru setelah itu diisikan kekantong plastik yang telah
disiapkan. Perbandingan pupuk kandang dengan tanah yaitu 1 : 2, sedang
bila menggunakan pupuk TSP biasanya digunakan dosis 4 – 5 gram setiap
kantong plastik. Untuk jenis-jenis tanaman tertentu seperti meranti dan pinus media
sapih berupa tanah dan pupuk juga dicampur dengan mikoriza.
Peralatan dan Tenaga
Kerja
a. Kantor Persemaian , terdiri dari :
1. Ruang kerja
2. Ruang data
3. Ruang istirahat
4. Ruang P3K
5. Gudang.
b. Barak Kerja
c. Rumah Jaga
Rumah jaga
disediakan untuk tempat tinggal dan gudang petugas (mandor persemaian). Hal ini
sangat penting agar persemaian selalu terjaga dan dapat mengambil tindakan
secara apabila terdapat masalah-masalah di persemaian, antara lain masalah
adanya gangguan persemaian oleh hama dan penyakit yangbersifat mendadak.
d. Sarana Pengairan
Sarana
pengairan dipersemaian antara lain berupa parit/saluran dan bak penampung air
yang cukup memada. Agar tidak tergantung dari air hujan, persemaian
perlu dillengkapi dengan peralatan berupa pipa penyalur air. Untuk
penyiraman persemaian dengan kurang dari 50.000 semai biasanya dilakukan dengan
tangan, yaitu menggunakan gembor. Sedang untuk persemaian dengan produksi
bibit/semai dari 50.000 semai akan lebih menguntungkan dengan menggunakan pompa
motor dengan penyiraman otomatis. Pada persemaian modern penyiraman dilakukan
dengan cara ”sprinkle irrgation” dengan cara ini air disemprotkan lewat
spayer yang dapat diputar seperti air mancur
e. Jalan Angkutan dan Jalan Inspeksi
Jalan angkutan
perlu dibuat untuk mengangkut bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan
dipersemaian termasuk untuk mengangkut semai pada saat akan ditanam di
lapangan. Lebar jalan angkutan biasanya tidak kurang dari 2,5 meter sedang
lebar jalan inspeksi antara 0,75-1,00 meter.
f. Pemagaran Persemaian
Persemaian yang
membutuhan pagar biasanya dalam kondisi :
1. seringkali terjadi hembusan angin
yang kencang
2. adanya gangguan ternak
3. adanya gangguan babi hutan/rusa.
g. Naungan
Naungan dibuat
dengan maksud untuk menghindari kerusakan semai dari cahaya dan suhu
udara yang berlebihan serta kerusakan yang disebabkan oleh tempaaan air hujan. Tujuannya ialah untuk mendapatkan semai dengan pertumbuhan yang baik
dengan jalan memberikan cahaya serta suhu sesuai yang dibutuhkannya. Untuk
memberikan naungan pada semai hal yang harus diketahui terlebih dahulu adalah
sifat jenis semai inti mengenai kebutuhannya akan cahaya. Untuk perkecambahan benih dan pertumbuhannya apakah semai itu memerlukan
cahaya penuh ataukah perlu naungan. Dalam
praktiknya, naungan diperlukan baik untuk jenis yang perlu naungan maupun yang
tidak perlu naungan. Hanya saja untuk jenis-jenis
yang tidak perlu naungan atau memerlukan cahaya penuh, diberikan naungan yang
ringan, misalnya naungan yang dibuat dari bahan kasa plastik atau
alang-alang/daun kelapa sebagai atap yang diatur tidak terlalu rapat sehingga
cahaya matahari masih bisa masuk ke bedengan /bak , naungan sering dibuka,
kecuali jika ada hujan deras dan matahari begitu terik. Intensitas naungan dikurangi secara berangsur-angsur. Pada umumnya 8 – 10
minggu sebelum semai dipindahkan ke lapangan, naungan sama sekali
ditiadakan. Hal ini dimaksudkan agar menjelang penanaman di lapangan semai
dapat menyesuaikan diri dari keadaan di lapangan yang biasanya terbuka
h. Sarana-sarana lain (cangkul, sabit,
sprayer dll).
Tata Waktu Penyelenggaraan Persemaian
tata waktu
kegiatan dipersemaian perlu direncanakan masak-masak mengingat bahwa kegiatan
pembuatan tanaman di Indonesia khususnya sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim
setempat. Penanaman di lapangan biasanya dilakukan pada
permulaan musim penghujan, sehingga sebelum saat itu tata bibit (semai) harus
sudah siap. Mengingat musim penghujan untuk masing-masing daerah kemungkinan berbeda-beda, maka
permulaan dari pembuatan persemaian juga mengukuti keadaan setempat. Lamanya waktu penyelenggaraan setiap periode persemaian, selain dipengaruhi
oleh iklim (musim tanam) setempat, juga dipengaruhi oleh jenis tanaman
yang akan disemaikan, karena masing-masing jenis tanaman sampai siap tanam
membutuhkan waktu yang berbeda-beda.
TEKNIK PERSEMAIAN
Teknik pengadaan bibit yang dapat dilakukan antara
lain :
1. Biji
a. Biji sebaiknya dikumpulkan dari
pohon induk yang berbatang lurus, percabangan tinggi, bertajuk lebat, sehat dan
sudah cukup umur. Kalau benih dibeli dari produsen benih yang mempunyai
sertifikat yang jelas.
b. Biji yang telah terkumpul/dibeli
segera diangkut ke persemaian dan diseleksi untuk memilih biji yang baik.
c. Benih yang bermutu baik mempunyai
daya kecambah tinggi 80% dengan kemurnian tinggi yang diwujudkan dalam bentuk
biji tidak berlubang, tengelam bila dimasukkan air, besar dan bijinya seragam.
d. Untuk memperoleh benih yang
unggul lewat program pemuliaan, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu:
a. Keperluan benih jangka pendek:
Benih-benih yang diperoleh melalui pemilihan dan penunjukan pohon plus,
tegakan-tegakan yang baik, tegakan benih dan sumber provenans.
b. Keperluan benih jangka panjang:
Usaha-usaha memperoleh benih yang benar-benar unggul, lewat serangkaian
kegiatan pemuliaan pohon hingga pembuatan kebun-kebun benih.
2. Puteran
a. Pengadaan bibit dengan sistem puteran dilaksanakan jika ada keperluan bibit
tertentu untuk kegiatan penanaman khusus atau pencapaian target bibit.
b. Sasaran pengadaan bibit adalah penyiapan bahan tanaman bagi kegiatan
penanaman, pengayaan dan rehabilitasi.
c. Jenis bibit yang disemaikan adalah dari jenis pohon yang ditebang atau
jenis-jenis yang memiliki keunggulan komersil.
d. Bahan bibit puteran dapat berasal dari biji, cabutan, atau stek.
e. Bibit yang sudah diputer dibawa ke persemaian untuk dilakukan penyesuaian
lingkungan.
f. Setelah bibit dirawat di persemaian dan sudah siap tanam, maka bibit
puteran tersebut dapat dibawa kelokasi penanaman.
3. Cabutan
a. Pengumpulan dilakukan terhadap anakan alam disekitar pohon induk dengan
radius maksimum 10 meter dari proyeksi tajuk pohon induk.
b. Anakan alam biasanya memiliki tinggi 15–30 cm dengan jumlah daun 2–5
lembar.
c. Sebaiknya dilakukan pada saat musim penghujan atau tanah masih
basah/lembab.
d. Anakan dicabut dengan hati–hati yang dilakukan dengan pencabutan lurus
sejajar batangnya dan diusahakan agar akarnya tidak putus.
e. Anakan alam yang telah dipungut hendaknya segera diangkut ke lokasi bedeng
sapih.
f. Anakan yang telah dipungut, diatur, disusun searah dimana akar dengan akar
dan daun dengan daun.
4. Stek
1. Pembuatan bedeng kebun pangkas
a. Ukuran bedeng (1.5–2 meter)x6 meter dengan arah utara–selatan dan jarak
antar bedeng 0.6 meter dan disekeliling bedeng agar diberi penahan yang terbuat
dari papan dengan tinggi dari permukaan tanah ±15 cm.
b. Setiap bedeng agar diberi atap sebagai pelindung bibit dari matahari dan air
hujan secara langsung. Terbuat dari bahan yang tahan lama seperti sarlon, diisi
campuran media setinggi ± 20 cm.
c. Media yang digunakan untuk kebun pangkas adalah campuran top soil, sekam ,
gambut dengan perbandingan 6 : 3 : 1.
d. Perbandingan antara luas lahan untuk keperluan jalan inspeksi dengan luas
bedengan adalah 1 : 3
e. Bahan tanaman kebun pangkas sebaiknya bibit – bibit vegetatif atau bibit
dari biji yang berasal dari pohon induk yang fenotipnya bagus.
5. Pembuatan stek
1. Bahan stek diambil dari anakan yang berasal dari kebun pangkas harus
bersifat juvenille atau muda dan tunas autotrop bukan cabang. Untuk tahap
pertama tiap bibit dapat menghasilkan ± 14 stek .
2. Untuk meningkatkan mutu bibit stek yang dihasilkan dari kebun pangkas
dianjurkan lagi untuk digunakan sebagai bahan pembuatan kebun pangkas. Dipilih
bibit yang pertumbuhannya seragam baik fungsi maupun jumlah daunnya.
3. Ukuran bak stek dengan media padat dan media air (water rooting system)
adalah 1 x 2 meter dengan tinggi 0.6 m . Dalam rangka menstabilkan suhu media
konstruksi bak stek agar dibuat dengan dinding beton selebar ±10 Cm
4. Naungan perlu diberikan supaya intensitas cahaya yang masuk kedalam stek
tidak terlalu tinggi (optimum 50%). Untuk penaungan ini dapat digunakan plastik
transparan berwarna putih.
5. Jarak tanam bak stek 5 x 5 Cm.
Bahan vegetatif tanaman (tunas pucuk) untuk
pembuatan stek pucuk dapat diperoleh dari beberapa sumber :
1. Kebun Pangkas
2. Persemaian (pemangkasan bergulir)
3. Semai alami
Kultur Jaringan
1. Memilih dan menyiapkan tanaman induk sebagai sumber eksplan.
2. Menyiapkan media kultur
3. Sterilisasi eksplan.
4. Inisiasi kultur atau culture establishment.
5. Multiplikasi atau perbanyakan
propagasi (bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio).
6. Pemanjangan tunas induksi dan perkembangan akar.
7. Aklimatisasi ke lingkungan eksternal (green house).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar