MIKROORGANISME
LOKAL (MOL) DAN KOMPOSTING
(Laporan Praktikum Bioteknologi)
Penulis
Nama : Inafa Handayani
NPM : 1214151027
P.
S. :
Kehutanan
Mata
Kuliah : Bioteknologi Kehutanan
Dosen : Dr. Melya Riniarti, S.P.,M.Si.

Jurusan Kehutanan
Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung
O6 November 2014
MIKROORGANISME
LOKAL DAN KOMPOSTING
Inafa Handayani
Abstrak
Mikroorganisme lokal (MOL)
adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk
organik padat maupun pupuk cair. Bahan
utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
mikroorganisme.
Setelah
MOL matang maka pembuatan composting dilaksanakan, Kompos merupakan dekomposisi
bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang kompleks menjadi
senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengetahui tentang MOL dan pengomposan, mengetahui ciri-ciri
kematangan MOL dan pengomposan, dan mengetahui apakah MOL dan Komposting yang
telah dilakukan sudah matang atau belum, diketahui dengan ciri-ciri kematangan
MOL dan Komposting. MOL yang
sudah jadi berbau tidak menyengat lagi (berbau seperti tape), terjadi perubahan
diatas permukaannya berupa terdapat busa. Ciri-ciri kompos yang sudah jadi
berupa : bentuk
fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam (coklat
kehitam-hitaman), tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah), mempunyai
tekstur remah dan gembur (berupa remukan),suhu kompos mendekati suhu ruang atau
udara sekitar (30–35 0C), jika digunakan pada tanah, kompos dapat
memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Pembuatan MOL
yang kami lakukan sudah jadi karena sudah memenuhi ciri-ciri jadinya molase yaitu
berbau tidak menyengat (tape), terdapat busa diatas permukaan, sedangkan kompos
yang kami buat mendekati jadi yaitu sudah terjadi perubahan warna berupa warna
kehitaman, tidak berbau lagi, sekitar 1-2 minggu MOL akan jadi jika diberi
perlakukan dengan benar.
DAFTAR
ISI
COVER............................................................................................................ i
ABSTRAK....................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A.
Latar Belakang........................................................................................ 1
B.
Tujuan Praktikum.................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
III. METODOLOGI PRAKTIKUM.............................................................. 10
IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN...................................... 12
A. Hasil Praktikum................................................................................... 12
B. Pembahasan......................................................................................... 12
V. KESIMPULAN......................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 16
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
MOL
(mikroorganisme lokal) merupakan kumpulan mikroorganisme yang bisa diternakkan,
yang berfungsi sebagai starter dalam pembuatan bokasi atau kompos. Pemanfaatan
limbah pertanian seperti buah-buahan tidak layak konsumsi untuk diolah menjadi
MOL dapat meningkatkan nilai tambah limbah, serta mengurangi pencemaran
lingkungan.
Farida
(2009) mengamati bahwa pada pembuatan MOL dengan lama fermentasi lebih dari 3
minggu, tutup wadah fermentasi ada yang terlepas. Lepasnya tutup wadah diduga
akibat tekanan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi. Karena itu, dalam
penelitian ini akan dibandingkan metode fermentasi MOL dengan dan tanpa
penggunaan selang atau saluran udara, sehingga gas yang dihasilkan dari proses
fermentasi dapat disalurkan keluar wadah fermentasi. Selain itu, wadah
fermentasi akan ditutup lebih kuat sehingga tidak mudah terlepas.
MOL
adalah cairan hasil fermentasi yang mengandung mikroorganisme hasil produksi
sendiri dari bahan-bahan alami yang tersedia disekeliling kita. Bahan-bahan
tersebut merupakan tempat yang disukai oleh mikroorganisme sebagai media untuk
hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang
berguna
dalam mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer) atau sebagai tambahan
nutrisi bagi tanaman. Selain itu MOL dapat juga berperan sebagai pestisida
hayati karena kemampuanya dalam mengendalikan beberapa macam organisme
pengganggu tanaman (OPT). MOL juga diindikasikan mengandung zat perangsang
tumbuh/fitohormon yang berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman seperti hormon
Auksin, Giberelin dan Sitokinin.
Pengomposan
pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu
mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang dimaksud mikrobia adalah
bakteri, fungi dan jasad renik, sedangkan bahan organik adalah jerami, sampah
kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ ternak dan sebagainya.
Kompos
memiliki kandungan unsur hara yang terbilang lengkap karena mengandung unsur
hara makro dan unsur hara mikro. Namun jumlahnya relatif kecil dan bervariasi
tergantung dari bahan baku, proses pembuatan, bahan tambahan, tingkat
kematangan dan cara penyimpanan. Namun kualitas kompos dapat ditingkatkan
dengan penambahan mikroorganisme yang bersifat menguntungkan.
B.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum Mikroorganisme Lokal dan
Pengomposan ini adalah
1. Mengetahui
tentang MOL dan Pengomposan
2. Mengetahui
ciri-ciri kematangan MOL dan Pengomposan
3. Mengetahui
apakah MOL dan Komposting yang telah dilakukan sudah matang atau belum,
diketahui dengan ciri-ciri kematangan MOL dan Komposting
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme
lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam
pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa
komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat
berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga.
Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari
limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan
daun gamal. Sumber glukosa berasal dari
cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme
berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin
sapi (Hadinata, 2008).
Menurut
Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu
membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme. Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang
pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi
kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan,
pembentukan gas, dan bau asam (Hidayat, 2006).
Bagi
lingkungan hidup seperti tanah, adanya mikroorganisme dapat menentukan tingkat kesuburan
tanah dan memperbaiki kondisi tanah. Metode pemupukan
dalam pertanian organik sebenarnya bertumpu
pada peran mikroorganisme. Mikroorganisme ini sebenarnya sangat mudah
dibudidayakan dan dikenal sebagai mikroorganisme lokal (MOL). Salah satu
mikroorganisme yang menguntungkan dalam pembuatan kompos adalah bakteri. Seperti
yang kita ketahui bahwa terdapat kelompok bakteri yang mampu mengikat gas N2
dari udara bebas dan mengubahnya menjadi amonia sehingga ketersediaan
nitrogen dalam tanah tetap terjaga sehingga tanah tetap subur. Bakteri ini
misalnya antara lain Azotobactervinelandii
yang hidup bebas dan menghasilkan amonia berlimpah di dalam tanah sehingga
mampu menyuburkan tanaman, khususnya kelompok jagung-jagungan dan gandum. Clostridium
pasteurinum, hidup bebas dalam berbagai kondisi tanah dalam lingkungan
anaerob. Rhizobium leguminosum yang bersimbiosis dengan tanaman jenis
polong-polongan (leguminoceae) yang
membentuk bintil-bintil akar. Nitrosomonassp. Dan Nitrosococcussp, yang berperan mengubah amonia menjadi nitrit serta
nitrobacter yang bermanfaat mengoksidasi
nitrit menjadi nitrat dan langsung dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Mulyono,
2014).
Ketepatan manajemen tanah akan mempengaruhi
komunitas mikroba dan fauna dalam pembentukan atau degradasi bahan organik
sepanjang musim tanam. Perubahan ciri fisik, kimia, dan biologi tanah yang
dihasilkan dari praktek manajemen dapat mengubah lingkungan tanah pendukung
pertumbuhan populasi dan keanekaragaman mikroba. Memelihara keaneragaman hayati
dan memperbaiki kualitas tanah akan mengantar kita menuju keberlanjutan
pertanian. Pupuk hayati telah dikenal dapat meningkatkan kesuburan tanah,
keanekaragaman mikroba dalam tanah, dan hasil tanaman (Hastuti et al, 2008).
Pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian yang penting dalam
meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk diusahakan secara efisien,
agar diperoleh produksi yang optimal dan meningkatkan pendapatan petani serta
tidak mencemari lingkungan. Dalam rangka program pemerintah untuk meningkatkan
ketahanan pangan nasional, maka penerapan pemupukan berimbang harus dilakukan.
Penerapan pemupukan berimbang akan meningkatkan efisiensi pemupukan, produksi
tanaman, mampu menghemat pupuk dan devisa negara, dalam jangka panjang dapat
mengurangi pencemaran lingkungan. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk
kedalam tanah untuk mencapai status semua hara esensial seimbang dan optimum
dalam tanah untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil pertanian, efisiensi
pemupukan, kesuburan tanah serta menghindari pencemaran lingkungan. Jenis hara
tanah yang sudahmencapaikadar optimum atau status tinggi,
tidakperluditambahkanlagi, kecuali sebagai pengganti hara yang terangkut
sewaktu panen. Pengertian pemupukan berimbang adalah pemenuhan hara yang
berimbang dalam tanah, bukan berimbang dalam bentuk pupuk. Sumber hara dapat
berupa pupuk tunggal, pupuk majemuk atau kombinasi keduanya (Hartatik dan
Setyorini, 2008).
Kompos
adalah produk dari pengomposan, yaitu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan
organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan aktifitas
mikrobakteria, semacam perombakan yang terjadi pada bahan organik dalam tanah
oleh bakteri tanah (Hadiwiyoto, 1983).
Selain
itu kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami
proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri
pembusuk) yang bekerja didalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti
dedaunan, rumput,kotoran hewan, jerami, sisa-sisa ranting dan bahan, rontokan
kembang dan lain-lain. Adapun kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung
oleh keadaan yang basah dan lembab. Di alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan
sendirinya, lewat proses alamiah. Namun, proses tersebut berlangsung lama
sekali, dapat mencapai puluhan tahun, bahkan berabad-abad. Padahal kebutuhan
akan tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya, proses tersebut perlu
dipercepat dengan bantuan manusia. Dengan cara yang baik, proses mempercepat
pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bias diperoleh kompos yang
berkualitas baik (Murbandono, 2000).
Ciri-ciri kualitas kompos yang sudah matang
sebagai berikut :
1. Bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat
tua hingga hitam (coklat kehitam-hitaman)
2. Tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah)
3. Tidak mengandung asam lemak yang menguap
4. Mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan)
5. Memiliki C/N ratio sebesar 10-20, tergantung dari
bahan baku dan derajat humifikasi
6. Tingkat keasaman (pH) kompos sebesar 6,5 - 7,57.
Kapasitas pertukaran kation (KPK) tinggi, mencapai 110 me/100 gram
8. Suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar
(30 – 35 0C)
9. Daya absorbsi air tinggi
10. Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan
efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman (Simamora dan Salundik,
2006).
Kelebihan pupuk organik
1.Dapat
memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisika tanah
2.Ramah
lingkungan
3.Baik
untuk kesehatan
4.Mengandung
unsur yang lengkap
5.Tidak
mudah tercuci dari tanah
Kekurangan pupuk organik
1.Bereaksi lambat
2.Memerlukan dosis yang besar jika diberikan pada tanaman
3.Kurang praktis (Zubaidah. 1999)
Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik
karena dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Menyediakan unsur hara mikro bagi tumbuhan
2. Mengemburkan tanah
3. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah
4. Meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi
mikroorganisme tanah
5. Memudahkan pertumbuhan akar tanaman
6. Menjadi salah satu alternative pengganti (subsitusi)
pupuk kimia karena harganya murah,berkualitas dan akrab lingkungan
7. Mengurangi pencemaran lingkungan
8. Murah dan mudah didapat, bahan bisa dibuat sendiri (Murbandono, 2000)
Keunggulan Kompos :
Pupuk organik atau kompos memlilki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
pupukan organik. Berikut beberapa perbedaan antara pupuk
organik atau kompos dan pupukan organik. Sifat kompos atau pupuk organik
a.
Mengandung unsur hara mikro dan makro lengkap walaupun jumlahnya sedikit
b. Dapat memperbaiki struktur tanah dengan
cara sebagai berikut :
1. Menggemburkan dan meningkatkan ketersediaan
tanah
2. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air
dan zat hara
3. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme di
dalam tanah dengan cara menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme
4. Memperbaiki drainase dan tata udara di
dalam tanah
5. Beberapa tanaman yang menggunakan kompos lebih tahan
terhadap serangan penyakit.
Sifat pupuk
anorganik
a. Hanya mengandung satu atau beberapa unsur hara, tetapi
dalam jumlah banyak
b. Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, tetapi justru
penggunaan dalam jangka waktu panjang dapat membuat tanah menjadi keras.
c. Sering membuat tanaman manja sehingga rentan terhadap
penyakit.
Bahan
organik yang masuk kedalam pembuatan kompos adalah sisa-sisa bahan makanan yang
mengandung lemak, antara lain sisa-sisa daging, tulang, dan duri ikan. Lemak
dapat mengganggu proses fermentasi oleh bakteri, sedangkan sisa daging dan duri
ikan akan menimbulkan aroma yang lebih menyengat dibandingkan dengan bahan
lainnya. (Bagus, 2007).
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah ember, tally raffia, kantong plastic 2,
pengaduk, alat untuk memasak air, cangkul, gayung, botol aqua besar, Tally
Sheet. Sedangkan bahan yang digunakan adalah terasi ¼ kg, gula pasir ½ kg, gedebog
pisang, bekatul (dedak), air mendidih, seresah, air biasa,
B. Cara Kerja
a.
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan mol sebagai berikut
1. Rebus air sampai mendidih
2. Sisihkan
3. Potong-potong terasi dan masukkan ke dalam
air mendidih
4. Masukkan gula pasir dan aduk bekatul hingga
rata
5. dinginkan
6. Gedebong pisang yang sudah busuk diperas
7. Sisihkan air perasannya
8.
Campurkan bahan dari langkah 1-7 tersebut aduk hingga rata
9. Tutup
rapat campuran selama 3 hari dengan plastic yang diikatkan pada wadah
10. Buka
campuran setelah 3 har, aduk campuran tutup kembali dan buka keesokan harinya
untuk diaduk sesuai kebutuhan. Ulang proses serupa sampai hari ke 10
b. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan composting
adalah
1.
Mencari dan mencacah seresah sampai luasannya kecil
2.
Timbang seresah untuk composting anaerob dan aerob, pisahkan
3.
Letakkan seresah yang telah dicacah kedalam kantong plastic sebagai
composting anaerob
4.
Pemberian MOL pada anaerob sesuai dengan jumlah seresah
5.
Ikat kantong plastic untuk mendapatkan composting anaerob
6.
Membuat lubang tanah kurang dari 1 m
7.
Meletakkan seresah yang telah dicacah dan ditimbang kedalam lubang tanah
8.
Memberikan MOL pada seresah tersebut sesuai dengan banyaknya seresah
9.
Setelah selesai, keliling lubang tersebut di beri penutup dengan plastic
agar tidak ada seresah yang baru jatuh masuk
10. Pembuatan lubang sebaiknya pada
daerah yang lembab agar mikroorganisme pada pemberian MOL untuk pembuatan
kompos tidak mati
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Hasil yang didapatkan setelah
praktikum adalah
Tabel 1. Hasil Praktikum MOL
Bentuk
Perubahan
|
Awal
Praktikum
|
Akhir
Praktikum
|
Bau
|
Terasi
masih berbau menyengat
|
Berbau
seperti tape
|
Bentuk
|
Tidak
terjadi perubahan
|
Terjadi
perubahan diatasnya, berupa terdapat busa
|
Tabel 2. Hasil Praktikum Komposting
Perubahan
|
Aerob
|
Anaerob
|
||
Sebelum
|
Setelah
|
Sebelum
|
Setelah
|
|
Bau
|
Berbau
MOL
|
Tidak
berbau
|
Berbau
MOL
|
Berbau
mendekati bau tape
|
Tekstur
|
Kasar
|
Kasar
|
Kasar
|
Kasar
|
Berat
|
2,2
kg
|
Tidak
ditimbang, tetapi kemungkinan bertambah karena kompos sudah mendekati jadi
|
Tidak
ditimbang
|
Tidak
ditimbang (akan tetapi menyusut)
|
Warna
|
Coklat
|
Kehitam-hitaman
|
Coklat
|
Agak
kehitam-hitaman
|
B. Pembahasan
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang
dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk
cair. Hasil dari
praktikum pembuatan MOL bahwa MOL sudah jadi karena terjadi
perubahan
bau pada MOL tersebut, baunya seperti tape, selain itu terjadi perubahan berupa
terdapat busa diatasnya. Jadinya suatu
MOL dipengaruhi oleh dibukanya MOL setelah 3 hari dan kelembaban. Dibukanya MOL setelah 3 hari berfungsi untuk
pergantian oksigen pada MOL agar mikroorganisme yang didalamnya tidak mati,
pada praktikum ini masing-masing bahan memiliki fungsi yaitu : terasi digunakan
untuk sumber protein, gula sebagai glukosa, dedak sebagai glukosa padat,
gedebog pisang sebagai sumber inokulum, air panas dan dingin sebagai
media. Manfaat bakteri local adalah Karena
bakteri itu sudah beradaptasi dengan lingkungan yang ada di Indonesia, tahu
asal bakteri tersebut, banyak tersedia di alam, dan petani mudah membuat
sendiri, tidak mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli, tidak khawatir
bakteri lokal akan punah, karena bersaing dengan bakteri luar. Untuk perbanyakan molase hanya perlu
ditambahkan air dan penambahan gula, penambahan gula berfungsi sebagai sumber
glukosa untuk bakteri yang ada diperbanyakan MOL.
Praktikum
praktikum composting dilakukan setelah pembuatan MOL sudah jadi, karena MOL digunakan untuk pembuatan
composting, pada praktikum ini dilakukan 2 pecobaan yaitu pembuatan kompos
aerob dan kompos anaerob. Ciri-ciri
kualitas kompos yang sudah matang sebagai berikut : Bentuk fisik sudah
menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam (coklat kehitam-hitaman), tidak
mengeluarkan bau busuk (berbau tanah), mempunyai tekstur remah dan gembur
(berupa remukan), suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (30–35 0C),
jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek menguntungkan bagi
tanah dan pertumbuhan tanaman. Dari ciri-ciri
diatas dapat diambil bahwa pembuatan kompos aerob yang telah kami lakukan sudah
mendekati jadi, karena pada praktikum kami kompos sudah tidak berbau menyengat,
warna pada kompos yang telah kami buat berwarna kehitaman, walaupun dari
ciri-ciri diatas seharusnya kompos yang sudah jadi bertekstur remah dan gembur
seperti tanah, kompos pada praktikum yang kami lakukan juga sudah agak dingin
jika dipegang, kompos akan jadi setelah 1-2 minggu lagi jika kompos diberi air
secara teratur agar inokulum tidak mati karena suhunya panas, pada pembuatan
kompos anaerob juga sudah mendekati jadi, kompos tetap berwarna coklat, belum
jadinya kompos yang kami buat diakibatkan karena tidak dibukanya kompos setelah
3 hari, karena inokulum juga memerlukan adanya oksigen, jika tidak dibuka maka
inokulum akan mati karena panas, bau kompos sudah tidak menyengat, baunya seperti
tape jika dibuka.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diambil dari praktikum ini adalah
1. Mikroorganisme
lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam
pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Komposting adalah bahan-bahan organik (sampah organik)
yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara
mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja didalamnya.
2. MOL yang sudah jadi berbau tidak menyengat
lagi (berbau seperti tape), terjadi perubahan diatas permukaannya berupa
terdapat busa. Ciri-ciri kompos yang sudah jadi berupa : bentuk
fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga hitam (coklat
kehitam-hitaman), tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah), mempunyai
tekstur remah dan gembur (berupa remukan),suhu kompos mendekati suhu ruang atau
udara sekitar (30 – 35 0C), jika digunakan pada tanah, kompos dapat
memberikan efek menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman.
3. Pembuatan MOL
yang kami lakukan sudah jadi karena sudah memenuhi ciri-ciri jadinya molase
yaitu berbau tidak menyengat (tape), terdapat busa diatas permukaan, sedangkan
kompos yang kami buat mendekati jadi yaitu sudah terjadi perubahan warna berupa
warna kehitaman, tidak berbau lagi, sekitar 1-2 minggu MOL akan jadi jika
diberi perlakukan dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Hadinata,
I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal.
Hartatik, W. Dan D. Setyorini. 2008. Validasi Rekomendasi Pemupukan NPK dan Pupuk Organik pada Padi
Sawah.<http://balittanah.litbang.deptan.go.id/
eng/viewer.php?folder=dokumentasi/prosiding2008pdf&filename=wiwiek_validasi&ext=pdf>.
Diakses tanggal 27 Oktober 2014 pukul 12.30 wib
Hastuti, R. D., R. Saraswati, J. Purwani, dan
T. S. Kadir. 2008. Aplikasi Pupuk hayati
dan Dekomposer pada Padi Sawah.
<http://balittanah.litbang.deptan.go.id/eng/viewer.php?folder=dokumentasi/prosiding2008pdf&f ilename=ratih_dkomposer&ext=pdf>.
Diaksestanggal 27 Oktober 2014
Hidayat. 2006. Mikrobiologi industri. Andi offset, Yogyakarta.
Mulyono. 2014. Membuat
MOL dan Kompos dari Sampah Rumah Tangga. PT AgroMediaPustaka, Jakarta
Selatan.
Hadiwijoto,S, 1999.Penanganandanpemanfaatansam,pah.YayasanIadayu.
Jakarta
Murbandono, 2000. Membuatkompos.
PenebarSwadaya. Jakarta
Simamora, Suhut,
dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas
Kompos. Jakarta: AgroMediaPustaka.
Zubaidah, Ida.
1992. Pendidikan Lingkungan Hidup.
Tim MGMP. Nganjuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar